Lagu George
Benson “nothing’s gonna change my love for you” melantun merdu ruangan
kotak seluas 4x6 meter. Lagu itu
mengingatkanku pada dia dengan kejadian
– kejadian yang terjadi di salah satu tempat bermain. Saat itu emi, nadli, dan
rafi sedang antri panjang untuk memainkan permainan boom boom cars. Aku dan dia
tidak ikut antri. Kepalaku agak pusing karena antriannya terlalu panjang,
memang hari itu ada event penting disana. Aku dan dia pun duduk berdua sekitar
kurang lebih 45 menit menunggu mereka. Banyak yang kami ceritakan terkait software untuk belajar berbagai bahasa,
memperhatikan orang yang lalu lalang, aku memperlihatkan foto dia di wallpaper
salah satu aplikasi handphone dan foto dia di dompetku, alhasil dia
senyum-senyum melihatnya… aku bahagia.
Setelah mereka
selesai dengan permainannya, kami semua bergegas nonton theater. Kami masuk
berdesak-desakan, dia menyuruhku didepannya. Drama yang ditonton sangat menarik
berkisah tentang cinta anak Makassar dan India. Sesekali aku melihatnya tertawa
menonton pertunjukan itu, namun sesekali juga dia tampak sangat lelah dan
mengantuk, kesihan melihatnya.
Sehabis menonton
drama itu, mereka ingin ikut antrian panjang lagi di wahana yang menguji
adrenalin. Tentu saja dia tidak ikut antri, aku pun demikian. Selama menunggu
mereka, aku mengajak dia antri untuk nonton 4D. Namun antrian 4 D sangat
panjang, aku pun membatalkan dan dia hanya mengikutiku. Kemudian aku ikut
antrian panjang untuk wahana puting beliung, sekali lagi dia tidak ingin ikut.
Dia hanya menungguku sekitar 30 menit dengan wajah yang sangat sangat lelah dan
ngantuk, bertambah sedihlah aku melihat tampangnya.
Setelah aku bermain wahana itu,kami berdua shalat
ashar. Mereka belum juga selesai dengan wahana ekstrim itu. Kemudian dia
mengajakku antri untuk menaiki grand trans view. Belum juga kami naik, mereka
sudah datang. Tiba giliran aku dan dia untuk menaiki permainan itu, melihat
dari atas pemandangan tempat bermain itu. Dan ini pertama kalinya aku dan dia
menaiki permaninan ini, sekali lagi …aku sangat bahagia.
Sepulangnya dari
tempat permainan itu, kami semua singgah untuk makan bakso, kemudian shalat
magrib. Ketika di masjid, aku dan emi bertemu nenek yang minta diberi rezeki.
Kemudian nenek itu mendoakan kami dengan bahasa bugis, hanya sedikit yang aku
mengerti dari doanya. Semoga Allah SWT. mengabulkan doa nenek itu.
Sepanjang
perjalanan pulang ke ruangan kotakku. Dia kembali bermain dengan kaca spionnya,
berbicara senyum dan melihat padaku dengan itu. Sungguh sangat lucu, aneh tapi
aku menyukainya. Dia singgah sebentar membeli sesuatu untuk menepati janjinya
pada sepupuku. Disana aku melihatnya sangat lelah, sehingga aku bercanda untuk
mengendarai motornya. Dia pun mengiyakan. Sesampainya di gerbang universitas,
dia memberikan motornya dan mengajarkan aku mengendarainya. Aku mengendarainya
sangat tegang. Dia mengarahkan untuk gas, rem, membelok dan mengundurkan gas.
Tentu saja selama mengendarai itu, aku hampir menerbangkan motor itu di selokan.
Aku kaget, gugup dan tidak tenang, tapi dia menyuruhku untuk mengendarainya
terus sampai di ruangan kotakku. Melewati lubang, jalan lurus, pembelokan, dan
jembatan maut.
Akhirnya aku
menepati janji memboncengnya walaupun hanya sampai di ruangan kotakku. Aku
berhasil membatalkan ngantuknya dengan mengendarai motornya. Hari itu pertama
kalinya aku belajar mengendarai motor pada malam hari. Terima kasih untuk dia,
malam itu… aku sangat sangat bahagia.
#10 Februari 2013